15 Contoh Hortatory Exposition Text Bahasa Inggris dan Artinya

Contoh Hortatory Exposition Text

Ketika kamu ingin mengemukakan sebuah argumen mengenai suatu masalah yang secara persuasif, nggak ada salahnya untuk ungkapkan argumen tersebut melalui hortatory exposition text. Seperti apa? Lihat contoh hortatory exposition text di artikel ini!

Hi, teman-teman! Artikel contoh hortatory exposition text ini dibuat untuk kamu yang sudah khatam belajar materi tentang jenis-jenis teks bahasa Inggris, khususnya mengenai teks eksposisi.

Ingat, teks eksposisi ada 2 jenis, yaitu hortatory exposition text dan analytical exposition text. Keduanya sama-sama jenis tulisan bahasa Inggris yang digunakan untuk menyatakan argumen penulis tentang sebuah issue.

Nah, sebelum masuk ke section contoh-contoh, kita ingat-ingat lagi, yuk, apa, sih, pengertian dari hortatory exposition text?

Setelah itu, kamu bisa menemukan beragam contoh hortatory exposition text dalam 5 topik yang berbeda. Mari belajar!

 

Pengertian Hortatory Exposition Text 

Hortatory exposition text adalah teks eksposisi yang bertujuan meyakinkan pembaca untuk melakukan tindakan tertentu atau mengubah pandangan mereka tentang suatu masalah. Teks ini biasa disebut juga dengan persuasive exposition.

Karena bersifat persuasif, hortatory exposition text seringkali didukung oleh alasan moral atau nilai-nilai tertentu agar pembaca setuju dengan pandangan atau pendapat penulis, kemudian dapat mengambil langkah-langkah konkret sesuai dengan apa yang disarankan. 

Contoh topik yang cocok untuk hortatory exposition text adalah kampanye sosial seperti pentingnya menjaga lingkungan. 

 

Hortatory Exposition Text Structure

Hortatory exposition text memiliki 3 struktur, yaitu:

1. Introduction / Thesis

As usual, struktur sebuah teks biasanya akan dimulai dengan introduction atau thesis.

Dalam hortatory exposition text, pada bagian ini penulis bisa memperkenalkan topik atau masalah yang akan dibahas serta menyajikan pendapat atau pandangan yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam teks.

Pendahuluan ini bertujuan untuk memperkenalkan pembaca kepada isu yang akan dibahas dan membuat mereka tertarik untuk membaca lebih lanjut.

 

2. Argument

Struktur kedua dari hortatory exposition text yaitu arguments atau alasan yang mendukung pendapat / pandangan sang penulis terkait dengan topik yang dibahas.

Argumen-argumen ini umumnya akan didukung oleh fakta, data, atau bukti yang relevan untuk memperkuat persuasinya. 

Supaya lebih meyakinkan, penulis juga bisa menggunakan analogi, perbandingan, atau contoh konkret untuk memperjelas pendapat yang sudah dikemukakan di awal.

 

3. Recommendation

Terakhir, penulis bisa menutup teks dengan memberikan recommendation, yakni berupa saran atau ajakan kepada pembaca tentang tindakan yang harus diambil atau pandangan yang harus diadopsi berdasarkan pada argumen yang telah disajikan sebelumnya. 

Rekomendasi ini dapat berupa ajakan untuk bertindak, mengubah perilaku, atau mengadopsi pandangan tertentu terkait dengan topik yang dibahas. 

Baca Juga: Descriptive Text: Definisi, Struktur, dan Contohnya

 

Contoh Hortatory Exposition Text (Hortatory Exposition Text Example)

Ini dia yang kamu tunggu, yap, contoh hortatory exposition dalam berbagai tema, lengkap dengan artinya. Nih, spesial untuk kamu! Simak dengan baik ya!

 

Contoh Hortatory Exposition Text Singkat Tentang Korupsi

Combating Corruption: Safeguarding Democracy and Promoting Progress

Introduction / Thesis:

Corruption is a pervasive issue that plagues societies worldwide, corroding the foundations of democracy and hindering socio-economic progress. It manifests in various forms, from petty bribery to grand embezzlement schemes, and poses significant threats to governance, justice, and equality. Therefore, urgent action is needed to combat corruption and safeguard the integrity of institutions.

Arguments:

Firstly, corruption undermines the rule of law and erodes public trust in government institutions. When officials prioritize personal gain over public welfare, it breeds a culture of impunity and lawlessness, weakening the fabric of society. For instance, a study by Transparency International found that countries with higher levels of corruption tend to have weaker rule of law and lower levels of political stability.

Secondly, corruption stifles economic development and exacerbates poverty. Funds diverted through corrupt practices deprive communities of essential services such as healthcare, education, and infrastructure. According to the World Bank, corruption can reduce a country’s GDP growth by up to 1%, hindering efforts to alleviate poverty and achieve sustainable development goals.

Thirdly, corruption perpetuates social inequality and exacerbates disparities in wealth and opportunity. It often benefits the affluent and well-connected at the expense of marginalized groups, exacerbating social tensions and widening the gap between the rich and the poor. A report by Oxfam International revealed that corruption disproportionately affects the most vulnerable populations, perpetuating cycles of poverty and exclusion.

Recommendation:

In conclusion, combating corruption requires a collective effort involving governments, civil society, and citizens. Strong anti-corruption measures, including transparency, accountability, and judicial independence, are essential to holding corrupt individuals accountable and restoring public trust. Additionally, promoting ethical leadership, empowering whistleblowers, and strengthening anti-corruption education and awareness programs are critical steps towards building more resilient and equitable societies. As citizens, we must remain vigilant and actively advocate for transparency, accountability, and integrity in all aspects of public life. 

 

Artinya:

Pemberantasan Korupsi: Menjaga Demokrasi dan Mendorong Kemajuan

Pendahuluan:

Korupsi merupakan masalah yang merajalela di berbagai masyarakat di seluruh dunia, merusak fondasi demokrasi dan menghambat kemajuan sosial-ekonomi. Korupsi muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari suap kecil hingga skema penyelewengan dana besar-besaran, dan menghadirkan ancaman besar terhadap tata kelola, keadilan, dan kesetaraan. Oleh karena itu, tindakan mendesak diperlukan untuk memerangi korupsi dan menjaga integritas lembaga.

Argumen:

Pertama, korupsi menggerus aturan hukum dan mengikis kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintahan. Ketika pejabat memprioritaskan keuntungan pribadi di atas kesejahteraan umum, itu memunculkan budaya impunitas dan kejahatan, melemahkan struktur masyarakat. Sebagai contoh, sebuah studi oleh Transparency International menemukan bahwa negara-negara dengan tingkat korupsi yang lebih tinggi cenderung memiliki aturan hukum yang lebih lemah dan tingkat stabilitas politik yang lebih rendah.

Kedua, korupsi menghambat pembangunan ekonomi dan memperburuk kemiskinan. Dana yang dialihkan melalui praktik korupsi merampas masyarakat dari layanan penting seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Menurut Bank Dunia, korupsi dapat mengurangi pertumbuhan PDB suatu negara hingga 1%, menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Ketiga, korupsi memperpanjang ketidaksetaraan sosial dan memperburuk disparitas dalam kekayaan dan peluang. Seringkali memberikan manfaat bagi kelompok berada dan berhubungan dengan baik atas biaya kelompok yang terpinggirkan, memperdalam ketegangan sosial dan memperluas kesenjangan antara kaya dan miskin. Sebuah laporan oleh Oxfam International mengungkapkan bahwa korupsi secara tidak proporsional memengaruhi populasi yang paling rentan, memperpanjang siklus kemiskinan dan pengecualian.

Rekomendasi:

Sebagai kesimpulan, memerangi korupsi membutuhkan upaya bersama yang melibatkan pemerintah, masyarakat sipil, dan warga. Langkah-langkah anti-korupsi yang kuat, termasuk transparansi, akuntabilitas, dan kemandirian yudikatif, sangat penting untuk menuntut pertanggungjawaban individu korup dan mengembalikan kepercayaan publik. Selain itu, mempromosikan kepemimpinan etis, memberdayakan para pengadu, dan memperkuat pendidikan anti-korupsi dan program kesadaran adalah langkah kritis menuju pembangunan masyarakat yang lebih tangguh dan adil. Sebagai warga negara, kita harus tetap waspada dan secara aktif membela transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam semua aspek kehidupan publik. 

Upholding Integrity: Combating Corruption from a Religious Perspective

Introduction:

Corruption is a moral evil that undermines the fundamental principles of justice, fairness, and integrity. From the perspective of religion, it is condemned as a sin that leads to societal decay and moral degradation. In light of this, it is imperative that concerted efforts are made to combat corruption and uphold the values of honesty, accountability, and righteousness.

Arguments:

In Islam, corruption is considered a grave sin that violates the principles of honesty, fairness, and trustworthiness. The Quran and Hadiths explicitly prohibit bribery, embezzlement, and fraud, emphasizing the importance of transparency and integrity in all dealings. For example, in Surah Al-Baqarah (2:188), Allah commands believers to “do not consume one another’s wealth unjustly or send it [in bribery] to the rulers in order that [they might aid] you [to] consume a portion of the wealth of the people in sin, while you know [it is unlawful].” This verse highlights the ethical imperative to reject corruption and uphold justice in all aspects of life.

From a Christian perspective, corruption is condemned as a violation of the commandments to love one’s neighbor as oneself and to do unto others as you would have them do unto you. The Bible teaches that God detests dishonesty and fraud, and that those who engage in corrupt practices will face divine judgment. For instance, in Proverbs 11:1, it is written, “The Lord detests dishonest scales, but accurate weights find favor with him.” This verse underscores the importance of honesty and integrity in all transactions, and warns against the consequences of unethical behavior.

Recommendation:

Addressing corruption from a religious perspective requires a commitment to ethical conduct, accountability, and righteousness. Religious leaders, communities, and individuals must actively promote the values of honesty, integrity, and justice in their daily lives and interactions. By upholding the teachings of our respective faiths and working together to combat corruption, we can create a society founded on principles of righteousness, fairness, and compassion.

 

Artinya:

Menjunjung Integritas: Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Keagamaan

Pendahuluan:

Korupsi adalah kejahatan moral yang merusak prinsip-prinsip dasar keadilan, kesetaraan, dan integritas. Dari sudut pandang agama, korupsi dikecam sebagai dosa yang mengarah pada kemunduran sosial dan kehancuran moral. Dalam konteks ini, sangat penting untuk melakukan upaya bersama dalam memerangi korupsi dan menegakkan nilai-nilai kejujuran, pertanggungjawaban, dan kebenaran.

Argumen:

Dalam Islam, korupsi dianggap sebagai dosa besar yang melanggar prinsip-prinsip kejujuran, kesetaraan, dan kepercayaan. Al-Quran dan Hadis secara eksplisit melarang suap, penggelapan, dan penipuan, dengan menekankan pentingnya transparansi dan integritas dalam semua urusan. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah (2:188), Allah memerintahkan umatnya untuk “Janganlah saling menghabiskan harta mereka dengan cara yang batil, dan janganlah kamu memberi hadiah kepada para pembesar agar kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain dengan cara berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.” Ayat ini menyoroti pentingnya etika untuk menolak korupsi dan menegakkan keadilan dalam semua aspek kehidupan.

Dari sudut pandang Kristen, korupsi dikecam sebagai pelanggaran terhadap perintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri dan melakukan kepada orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda. Alkitab mengajarkan bahwa Allah membenci ketidakjujuran dan penipuan, dan bahwa mereka yang terlibat dalam praktik korup akan menghadapi hukuman ilahi. Sebagai contoh, dalam Amsal 11:1, tertulis, “Tuhan membenci timbangan yang curang, tetapi berat yang jujur menyenangkan-Nya.” Ayat ini menekankan pentingnya kejujuran dan integritas dalam semua transaksi, dan memperingatkan akan konsekuensi perilaku tidak etis.

Rekomendasi:

Mengatasi korupsi dari sudut pandang agama memerlukan komitmen terhadap perilaku etis, pertanggungjawaban, dan kebenaran. Pemimpin agama, komunitas, dan individu harus secara aktif mempromosikan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari dan interaksi mereka. Dengan menegakkan ajaran agama kita masing-masing dan bekerja sama untuk memerangi korupsi, kita dapat menciptakan masyarakat yang didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, dan kasih sayang.

The Necessity of Imposing Death Penalty for Corruptors

Introduction:

The issue of corruption remains a pervasive problem in many societies, undermining trust in government institutions and hindering socio-economic progress. In response to this, there have been ongoing debates regarding the effectiveness of imposing the death penalty for corruptors. This hortatory exposition seeks to explore the rationale behind advocating for the imposition of the death penalty for corruptors and its potential impact on combating corruption.

Arguments:

Corruption poses a significant threat to the stability and integrity of societies, leading to profound social and economic consequences. By embezzling public funds and engaging in bribery, corrupt individuals deprive communities of essential resources needed for development, such as healthcare, education, and infrastructure. According to the United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), corruption is estimated to cost the global economy over $2.6 trillion annually, highlighting the magnitude of its impact on both developed and developing nations.

Imposing the death penalty for corruptors serves as a deterrent against future acts of corruption, sending a clear message that corrupt practices will not be tolerated. Studies have shown that harsher penalties, including capital punishment, can effectively deter individuals from engaging in criminal behavior. For example, a research conducted by the University of Chicago found that the threat of severe punishment, such as the death penalty, significantly reduces the likelihood of individuals committing crimes.

Furthermore, imposing the death penalty for corruptors reflects the severity of the crime and upholds the principles of justice and accountability. Corruption not only undermines public trust in government institutions but also perpetuates inequality and injustice within society. By holding corrupt individuals accountable through the imposition of the death penalty, justice is served, and the rule of law is upheld. This can help restore public confidence in the justice system and serve as a deterrent for potential corruptors.

Recommendation:

Governments must prioritize the implementation of stringent anti-corruption measures and ensure that corrupt individuals are prosecuted to the fullest extent of the law. Additionally, it is imperative that citizens actively engage in efforts to combat corruption by avoiding corrupt practices in their daily lives. This includes refraining from acts of bribery, nepotism, and other forms of corruption, and reporting any instances of corruption they encounter.

 

Artinya:

Perluasnya Penerapan Hukuman Mati bagi Koruptor

Pendahuluan:

Masalah korupsi tetap menjadi permasalahan yang merajalela di banyak masyarakat, merongrong kepercayaan terhadap institusi pemerintah dan menghambat kemajuan sosial-ekonomi. Sebagai tanggapan atas hal ini, telah terjadi debat berkelanjutan mengenai efektivitas penerapan hukuman mati bagi koruptor. Eksposisi hortatori ini bertujuan untuk mengeksplorasi dasar dari advokasi atas penerapan hukuman mati bagi koruptor dan dampak potensialnya terhadap penanggulangan korupsi.

Argumentasi:

Korupsi merupakan ancaman serius terhadap stabilitas dan integritas masyarakat, menyebabkan konsekuensi sosial dan ekonomi yang mendalam. Dengan merampok dana publik dan melakukan suap, individu korup melucuti masyarakat dari sumber daya penting yang dibutuhkan untuk pengembangan, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Menurut Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Narkotika dan Kejahatan (UNODC), korupsi diperkirakan menghabiskan ekonomi global lebih dari $2,6 triliun setiap tahun, menyoroti besarnya dampaknya baik bagi negara maju maupun berkembang.

Penerapan hukuman mati bagi koruptor berfungsi sebagai peringatan bagi tindakan korupsi di masa depan, mengirimkan pesan jelas bahwa praktik korup tidak akan ditoleransi. Studi telah menunjukkan bahwa hukuman yang lebih berat, termasuk hukuman mati, dapat secara efektif menakut-nakuti individu untuk terlibat dalam perilaku kriminal. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Universitas Chicago menemukan bahwa ancaman hukuman yang keras, seperti hukuman mati, secara signifikan mengurangi kemungkinan individu melakukan kejahatan.

Selain itu, penerapan hukuman mati bagi koruptor mencerminkan keparahan kejahatan dan menegakkan prinsip keadilan dan akuntabilitas. Korupsi tidak hanya merongrong kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah tetapi juga memperkuat ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Dengan mempertanggungjawabkan individu korup melalui penerapan hukuman mati, keadilan dilakukan, dan kedaulatan hukum dipertahankan. Hal ini dapat membantu mengembalikan kepercayaan publik terhadap sistem keadilan dan berfungsi sebagai penangkal bagi koruptor potensial.

Rekomendasi:

Pemerintah harus memprioritaskan implementasi langkah-langkah anti-korupsi yang ketat dan memastikan bahwa individu korup diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, adalah penting bagi warga negara untuk aktif terlibat dalam upaya penanggulangan korupsi dengan menghindari praktik korupsi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini termasuk menahan diri dari tindakan suap, nepotisme, dan bentuk korupsi lainnya, serta melaporkan segala bentuk korupsi yang mereka temui.

Mau tau lebih dalam tentang Hortatory Exposition Text? Kamu bisa mendapatkan materi lengkapnya dengan bergabung di English Academy. Yuk, Konsultasi Gratis sekarang!

CTA English Academy Konsultasi Gratis

 

Hortatory Exposition Text in English Tentang Global Warming

Urgent Action Against Global Warming: Protecting Our Environment for Future Generations

Introduction:

Global warming, driven by human activities such as burning fossil fuels and deforestation, has emerged as one of the most pressing environmental challenges of our time. Its adverse effects on the environment are becoming increasingly evident, posing significant threats to ecosystems, wildlife, and human communities. This hortatory exposition aims to shed light on the impact of global warming on the environment and advocate for urgent action to address this existential threat.

Arguments:

Global warming has led to rising temperatures worldwide, causing disruptions to ecosystems and threatening biodiversity. Higher temperatures alter the natural habitats of various species, leading to changes in migration patterns, breeding seasons, and food availability. For example, coral reefs, essential marine ecosystems, are highly sensitive to temperature changes and are experiencing widespread bleaching events due to warmer ocean temperatures. According to the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), continued global warming poses a severe risk to coral reefs, with some projections suggesting that up to 90% of coral reefs could be lost by 2050.

Another significant impact of global warming is the melting of polar ice caps and glaciers, leading to rising sea levels and coastal flooding. The Arctic region, in particular, is warming at a rate twice as fast as the global average, resulting in the rapid loss of sea ice and permafrost. This has dire consequences for indigenous communities and wildlife that rely on these habitats for survival. Additionally, melting ice contributes to sea-level rise, threatening coastal cities and low-lying islands with inundation and saltwater intrusion. According to NASA, global sea levels have risen by about 8 inches since 1880, and the rate of rise is accelerating, posing significant risks to coastal populations and infrastructure.

Deforestation, driven by agricultural expansion, logging, and urbanization, exacerbates the effects of global warming by reducing the Earth’s capacity to absorb carbon dioxide. Forests act as carbon sinks, absorbing and storing carbon dioxide from the atmosphere. However, deforestation releases stored carbon back into the atmosphere, contributing to the greenhouse effect and further warming the planet. The loss of forests also diminishes biodiversity, disrupts ecosystems, and exacerbates soil erosion and natural disasters such as floods and landslides. According to the World Wildlife Fund (WWF), deforestation accounts for about 15% of global greenhouse gas emissions, making it a significant driver of climate change.

Recommendation:

To address the impact of global warming on the environment, urgent and concerted action is needed at local, national, and global levels. Governments must prioritize the implementation of policies aimed at reducing greenhouse gas emissions, transitioning to renewable energy sources, and protecting natural habitats. Individuals can also play a crucial role by adopting sustainable practices such as reducing energy consumption, supporting reforestation efforts, and advocating for climate-friendly policies. 

 

Artinya:

Tindakan Mendesak Melawan Pemanasan Global: Melindungi Lingkungan untuk Generasi Mendatang

Pendahuluan:

Pemanasan global, yang didorong oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, telah muncul sebagai salah satu tantangan lingkungan yang paling mendesak di zaman kita. Dampak buruknya terhadap lingkungan semakin jelas, mengancam ekosistem, keanekaragaman hayati, dan komunitas manusia. Eksposisi hortatori ini bertujuan untuk mengungkapkan dampak pemanasan global terhadap lingkungan dan menganjurkan tindakan mendesak untuk mengatasi ancaman eksistensial ini.

Argumen:

Pemanasan global telah menyebabkan peningkatan suhu di seluruh dunia, menyebabkan gangguan pada ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati. Suhu yang lebih tinggi mengubah habitat alami berbagai spesies, menyebabkan perubahan pola migrasi, musim kawin, dan ketersediaan makanan. Misalnya, terumbu karang, ekosistem laut yang penting, sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan mengalami kejadian pemutihan yang luas akibat suhu laut yang lebih hangat. Merujuk pada Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), pemanasan global yang berlanjut mengancam terumbu karang secara serius, dengan beberapa proyeksi menunjukkan bahwa hingga 90% terumbu karang dapat hilang pada tahun 2050.

Dampak lain yang signifikan dari pemanasan global adalah mencairnya tutupan es di kutub dan gletser, menyebabkan naiknya permukaan air laut dan banjir di wilayah pantai. Wilayah Arktik, khususnya, mengalami pemanasan dengan kecepatan dua kali lipat dari rata-rata global, yang mengakibatkan hilangnya es laut dan permafrost dengan cepat. Ini memiliki konsekuensi serius bagi komunitas adat dan keanekaragaman hayati yang mengandalkan habitat ini untuk bertahan hidup. Selain itu, pencairan es berkontribusi pada kenaikan permukaan laut, mengancam kota-kota pesisir dan pulau-pulau rendah dengan banjir dan intrusi air laut. Berdasarkan NASA, permukaan air laut global telah naik sekitar 8 inci sejak tahun 1880, dan laju kenaikannya semakin cepat, mengancam populasi dan infrastruktur pesisir.

Deforestasi, yang dipicu oleh ekspansi pertanian, penebangan, dan urbanisasi, memperparah efek pemanasan global dengan mengurangi kemampuan Bumi untuk menyerap karbon dioksida. Hutan bertindak sebagai sumur karbon, menyerap dan menyimpan karbon dioksida dari atmosfer. Namun, deforestasi melepaskan karbon yang disimpan kembali ke atmosfer, berkontribusi pada efek rumah kaca dan lebih memanaskan planet. Hilangnya hutan juga mengurangi keanekaragaman hayati, mengganggu ekosistem, dan memperparah erosi tanah serta bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Menurut World Wildlife Fund (WWF), deforestasi menyumbang sekitar 15% emisi gas rumah kaca global, menjadikannya sebagai pendorong utama perubahan iklim.

Rekomendasi:

Untuk mengatasi dampak pemanasan global terhadap lingkungan, tindakan mendesak dan bersama-sama diperlukan di tingkat lokal, nasional, dan global. Pemerintah harus memprioritaskan implementasi kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, beralih ke sumber energi terbarukan, dan melindungi habitat alami. Individu juga dapat memainkan peran penting dengan mengadopsi praktik berkelanjutan seperti mengurangi konsumsi energi, mendukung upaya reboisasi, dan membela kebijakan yang ramah iklim.

Human Activities Contributing to Global Warming

Introduction:

Global warming is a pressing issue that threatens the stability of our planet’s climate and ecosystems, with human activities playing a significant role in its exacerbation. Activities such as the burning of fossil fuels and industrial processes release greenhouse gasses into the atmosphere, leading to rising temperatures and altered weather patterns.

Arguments:

The burning of fossil fuels, such as coal, oil, and natural gas, for energy production is a primary contributor to global warming. These fuels release carbon dioxide (CO2), methane (CH4), and other greenhouse gasses when combusted, trapping heat in the atmosphere and causing temperatures to rise. According to the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), the energy sector accounts for approximately 73% of global greenhouse gas emissions, making it a significant driver of climate change.

Industrial processes also contribute to global warming by emitting greenhouse gasses and pollutants into the atmosphere. Activities such as manufacturing, mining, and transportation release CO2, methane, nitrous oxide, and fluorinated gasses, which contribute to the greenhouse effect. The United States Environmental Protection Agency (EPA) estimates that industrial activities account for approximately 21% of global greenhouse gas emissions, highlighting their significant role in climate change.

The agricultural sector is another major contributor to global warming, primarily through livestock farming and agricultural practices such as rice cultivation. Livestock farming produces methane, a potent greenhouse gas, through enteric fermentation and manure management. Additionally, rice cultivation in flooded paddies releases methane as a byproduct of anaerobic decomposition. According to the Food and Agriculture Organization (FAO), the agricultural sector contributes approximately 24% of global greenhouse gas emissions, making it a significant driver of climate change.

Recommendation:

Governments must implement policies aimed at reducing greenhouse gas emissions, transitioning to renewable energy sources, and promoting sustainable practices in the energy, industrial, and agricultural sectors. Industries must invest in cleaner production technologies, improve energy efficiency, and adopt emissions reduction measures to minimize their environmental impact. Additionally, individuals can contribute by adopting sustainable lifestyles, conserving energy, and reducing food waste. 

 

Artinya:

Aktivitas Manusia yang Berkontribusi pada Pemanasan Global

Pendahuluan:

Masalah pemanasan global adalah masalah mendesak yang mengancam stabilitas iklim dan ekosistem planet kita, dengan aktivitas manusia memainkan peran penting dalam memperburuknya. Aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil dan proses industri melepaskan gas-gas rumah kaca ke atmosfer, menyebabkan peningkatan suhu dan pola cuaca yang berubah.

Argumentasi:

Pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas alam, untuk produksi energi adalah penyumbang utama pemanasan global. Bahan bakar ini melepaskan karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan gas-gas rumah kaca lainnya saat terbakar, menjebak panas di atmosfer dan menyebabkan peningkatan suhu. Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), sektor energi menyumbang sekitar 73% dari emisi gas rumah kaca global, menjadikannya sebagai salah satu pendorong utama perubahan iklim.

Proses industri juga berkontribusi terhadap pemanasan global dengan melepaskan gas-gas rumah kaca dan polutan ke atmosfer. Aktivitas seperti manufaktur, pertambangan, dan transportasi melepaskan CO2, metana, oksida nitrat, dan gas-gas rumah kaca lainnya, yang berkontribusi terhadap efek rumah kaca. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) memperkirakan bahwa aktivitas industri menyumbang sekitar 21% dari emisi gas rumah kaca global, menyoroti peran penting mereka dalam perubahan iklim.

Sektor pertanian juga merupakan penyumbang besar terhadap pemanasan global, terutama melalui peternakan hewan dan praktik pertanian seperti budidaya padi. Peternakan hewan menghasilkan metana, gas rumah kaca yang kuat, melalui fermentasi enterik dan manajemen kotoran. Selain itu, budidaya padi di sawah yang tergenang melepaskan metana sebagai produk sampingan dari dekomposisi anaerobik. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), sektor pertanian menyumbang sekitar 24% dari emisi gas rumah kaca global, menjadikannya sebagai salah satu pendorong signifikan perubahan iklim.

Rekomendasi:

Pemerintah harus menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, beralih ke sumber energi terbarukan, dan mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan di sektor energi, industri, dan pertanian. Industri harus berinvestasi dalam teknologi produksi yang lebih bersih, meningkatkan efisiensi energi, dan mengadopsi langkah-langkah pengurangan emisi untuk meminimalkan dampak lingkungan mereka. Selain itu, individu dapat berkontribusi dengan mengadopsi gaya hidup berkelanjutan, menghemat energi, dan mengurangi pemborosan makanan. 

Strategies to Combat Global Warming

Introduction:

Global warming poses a significant threat to our planet’s climate and ecosystems, necessitating the implementation of effective strategies to mitigate its impact. As human activities continue to contribute to the rise in greenhouse gas emissions, it is imperative that we take proactive measures to address this pressing issue and safeguard the future of our planet.

Arguments:

Transitioning to renewable energy sources, such as solar, wind, and hydroelectric power, is crucial in mitigating global warming. Unlike fossil fuels, renewable energy sources produce minimal greenhouse gas emissions and offer sustainable alternatives for meeting our energy needs. According to the International Renewable Energy Agency (IRENA), renewable energy accounted for 72% of global power expansion in 2020, demonstrating its growing significance in reducing carbon emissions and combating climate change.

Improving energy efficiency in industries, buildings, and transportation systems is another key strategy to mitigate global warming. By reducing energy consumption and minimizing waste, we can decrease our reliance on fossil fuels and lower greenhouse gas emissions. The International Energy Agency (IEA) estimates that implementing energy efficiency measures could reduce global carbon emissions by up to 40% by 2040, highlighting the potential impact of such initiatives in addressing climate change.

Protecting and restoring natural ecosystems, such as forests, wetlands, and mangroves, plays a vital role in sequestering carbon dioxide and mitigating global warming. Forests, in particular, act as carbon sinks, absorbing and storing significant amounts of carbon dioxide from the atmosphere. According to the World Resources Institute (WRI), intact forests can absorb up to one-third of global carbon emissions annually, underscoring the importance of preserving these vital ecosystems.

Recommendation:

As we navigate the challenges posed by global warming, it is crucial for policymakers, businesses, and individuals to collaborate in implementing innovative solutions. Investing in research and development of clean energy technologies, supporting initiatives to reduce carbon emissions, and fostering international cooperation on climate change are essential steps toward mitigating the effects of global warming. Let us all commit to taking concrete actions that prioritize the health of our planet and future generations.

 

Artinya:

Strategi untuk Melawan Pemanasan Global

Pendahuluan:

Pemanasan global merupakan ancaman serius bagi iklim dan ekosistem planet kita, sehingga memerlukan implementasi strategi yang efektif untuk mengurangi dampaknya. Ketika aktivitas manusia terus berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca, sangat penting bagi kita untuk mengambil langkah proaktif untuk menangani masalah yang mendesak ini dan melindungi masa depan planet kita.

Argumen:

Berpindah ke sumber energi terbarukan, seperti energi surya, angin, dan hidroelektrik, sangat penting dalam mitigasi pemanasan global. Berbeda dengan bahan bakar fosil, sumber energi terbarukan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang minimal dan menawarkan alternatif yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi kita. Menurut Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), energi terbarukan menyumbang 72% dari ekspansi energi global pada tahun 2020, menunjukkan signifikansinya yang meningkat dalam mengurangi emisi karbon dan melawan perubahan iklim.

Meningkatkan efisiensi energi di industri, bangunan, dan sistem transportasi adalah strategi kunci lainnya untuk mengurangi pemanasan global. Dengan mengurangi konsumsi energi dan meminimalkan limbah, kita dapat mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa menerapkan langkah-langkah efisiensi energi bisa mengurangi emisi karbon global hingga 40% pada tahun 2040, menyoroti dampak potensial dari inisiatif semacam itu dalam mengatasi perubahan iklim.

Melindungi dan mengembalikan ekosistem alami, seperti hutan, lahan basah, dan mangrove, memainkan peran penting dalam menyerap karbon dioksida dan mengurangi pemanasan global. Hutan, khususnya, bertindak sebagai penyerap karbon, menyerap dan menyimpan jumlah karbon dioksida yang signifikan dari atmosfer. Menurut Institut Sumber Daya Dunia (WRI), hutan yang utuh dapat menyerap hingga sepertiga dari emisi karbon global setiap tahun, menekankan pentingnya untuk menjaga ekosistem penting ini.

Rekomendasi:

Saat kita menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pemanasan global, penting bagi pembuat kebijakan, bisnis, dan individu untuk berkolaborasi dalam menerapkan solusi inovatif. Berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi energi bersih, mendukung inisiatif untuk mengurangi emisi karbon, dan mendorong kerjasama internasional dalam perubahan iklim adalah langkah penting menuju mitigasi efek pemanasan global. Mari kita semua berkomitmen untuk mengambil tindakan nyata yang memprioritaskan kesehatan planet kita dan generasi masa depan.

Baca Juga: Report Text: Pengertian, Struktur, & Contohnya

Contoh Hortatory Exposition Text Smoking 

The Urgency of Addressing the Health Risks of Smoking

Introduction:

Smoking remains a prevalent issue in society, despite widespread awareness of its detrimental effects on health. The habit of smoking not only harms the individual smoker but also poses risks to those exposed to secondhand smoke. It is imperative to acknowledge and address the health risks associated with smoking to protect public health and well-being.

Arguments:

Smoking is a leading cause of preventable deaths worldwide, contributing to various serious health conditions. Research indicates that smoking increases the risk of developing lung cancer, heart disease, stroke, and respiratory disorders. According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), smoking is responsible for approximately 480,000 deaths annually in the United States alone, highlighting the severe health consequences of tobacco use.

In addition to its direct impact on smokers, secondhand smoke exposure poses significant health risks to nonsmokers. Secondhand smoke contains more than 7,000 chemicals, many of which are toxic and carcinogenic. Nonsmokers exposed to secondhand smoke are at increased risk of developing lung cancer, heart disease, and respiratory infections. The World Health Organization (WHO) estimates that secondhand smoke causes over 1.2 million premature deaths worldwide each year, underscoring the need to protect nonsmokers from the dangers of passive smoking.

Furthermore, smoking during pregnancy poses serious risks to both the mother and the developing fetus. Maternal smoking increases the risk of complications during pregnancy, such as preterm birth, low birth weight, and birth defects. Babies born to mothers who smoke are more likely to experience respiratory problems, developmental delays, and long-term health issues. The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) recommends that pregnant women avoid smoking and exposure to secondhand smoke to protect maternal and fetal health.

Recommendation:

Smokers are encouraged to seek assistance from cessation programs and support groups to quit smoking and improve their overall health. Nonsmokers should advocate for smoke-free environments in their communities and workplaces to reduce exposure to secondhand smoke. Moreover, policymakers must prioritize the implementation of comprehensive tobacco control measures, including stricter regulations on tobacco advertising, increased tobacco taxes, and funding for anti-smoking campaigns. By collectively committing to these actions, we can create healthier environments and protect the well-being of all individuals.

 

Artinya:

Urgensi Mengatasi Risiko Kesehatan dari Merokok

Pendahuluan:

Kebiasaan merokok tetap menjadi masalah yang banyak terjadi di masyarakat, meskipun telah ada kesadaran luas akan dampak buruknya terhadap kesehatan. Kebiasaan merokok tidak hanya membahayakan perokok sendiri tetapi juga menimbulkan risiko bagi mereka yang terpapar asap rokok secara pasif. Sangat penting untuk mengakui dan mengatasi risiko kesehatan yang terkait dengan merokok guna melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Argumentasi:

Merokok merupakan penyebab utama kematian yang dapat dicegah di seluruh dunia, yang berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan serius. Penelitian menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, dan gangguan pernapasan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), merokok bertanggung jawab atas sekitar 480.000 kematian setiap tahunnya hanya di Amerika Serikat, yang menyoroti konsekuensi kesehatan yang parah akibat penggunaan tembakau.

Selain dampak langsungnya pada perokok, paparan asap rokok pasif juga menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan bagi mereka yang tidak merokok. Asap rokok pasif mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia, banyak di antaranya bersifat toksik dan karsinogenik. Nonsmoker yang terpapar asap rokok kedua memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker paru-paru, penyakit jantung, dan infeksi pernapasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa asap rokok kedua menyebabkan lebih dari 1,2 juta kematian prematur setiap tahunnya di seluruh dunia, yang menunjukkan perlunya melindungi nonsmoker dari bahaya merokok pasif.

Selain itu, merokok selama kehamilan menimbulkan risiko serius baik bagi ibu maupun janin yang sedang berkembang. Merokok pada ibu meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan, seperti kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, dan cacat lahir. Bayi yang lahir dari ibu yang merokok lebih mungkin mengalami masalah pernapasan, keterlambatan perkembangan, dan masalah kesehatan jangka panjang. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan agar wanita hamil menghindari merokok dan paparan asap rokok kedua untuk melindungi kesehatan ibu dan janin.

Rekomendasi:

Perokok didorong untuk mencari bantuan dari program penghentian merokok dan kelompok dukungan untuk berhenti merokok, serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Nonsmoker harus mendukung lingkungan bebas asap rokok di komunitas dan tempat kerja mereka untuk mengurangi paparan asap rokok kedua. Selain itu, pembuat kebijakan harus memprioritaskan implementasi langkah-langkah pengendalian tembakau yang komprehensif, termasuk regulasi yang lebih ketat terhadap iklan tembakau, peningkatan pajak tembakau, dan pendanaan untuk kampanye anti-merokok. Dengan berkomitmen bersama untuk tindakan ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan melindungi kesejahteraan semua individu.

Smoking Impact in Public Health

Introduction:

The detrimental impact of smoking on public health is a pressing concern that demands immediate attention. Beyond the individual health risks associated with smoking, its effects extend to the broader community, necessitating collective action to address this pervasive issue.

Arguments:

One of the most alarming aspects of smoking is its staggering toll on global health. Each year, millions of lives are cut short due to tobacco-related diseases, making smoking the leading cause of preventable deaths worldwide. Moreover, the harmful effects of smoking are not limited to smokers alone; nonsmokers who are exposed to secondhand smoke also face increased risks of developing various health conditions, including cardiovascular diseases and respiratory infections.

Recommendation:

To mitigate the impact of smoking on public health, policymakers must prioritize the implementation of evidence-based tobacco control measures. This includes enacting comprehensive smoke-free laws that prohibit smoking in all public places, including streets, parks, and public transportation. Additionally, restrictions on smoking while riding motorcycles and in areas frequented by children should be strictly enforced to minimize exposure to secondhand smoke. Communities and individuals can also play a crucial role by advocating for smoke-free environments, supporting smoking cessation efforts, and raising awareness about the health risks of tobacco use.

 

Artinya:

Dampak Merokok pada Kesehatan Masyarakat

Pendahuluan:

Dampak merugikan merokok terhadap kesehatan masyarakat adalah perhatian yang mendesak dan memerlukan perhatian segera. Selain risiko kesehatan individu yang terkait dengan merokok, efeknya juga meluas ke masyarakat secara luas, sehingga memerlukan tindakan bersama untuk mengatasi masalah yang meresap ini.

Argumen:

Salah satu aspek yang paling mengkhawatirkan dari merokok adalah dampaknya yang luar biasa terhadap kesehatan global. Setiap tahun, jutaan nyawa melayang akibat penyakit terkait tembakau, menjadikan merokok sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah di seluruh dunia. Selain itu, efek merugikan merokok tidak hanya terbatas pada perokok saja; mereka yang terpapar asap rokok secara pasif juga menghadapi risiko meningkatnya berbagai kondisi kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular dan infeksi saluran pernapasan.

Rekomendasi:

Untuk memitigasi dampak merokok terhadap kesehatan masyarakat, pembuat kebijakan harus memprioritaskan penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau berbasis bukti. Hal ini termasuk memberlakukan undang-undang bebas rokok yang komprehensif yang melarang merokok di semua tempat umum, termasuk jalan raya, taman, dan transportasi umum. Selain itu, pembatasan merokok saat mengendarai sepeda motor dan di area yang sering dikunjungi anak-anak harus diterapkan secara ketat untuk meminimalkan paparan terhadap perokok pasif. Masyarakat dan individu juga dapat memainkan peran penting dengan mengadvokasi lingkungan bebas rokok, mendukung upaya penghentian merokok, dan meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan dari penggunaan tembakau.

Baca Juga: 15 Contoh Analytical Exposition Text dalam Berbagai Tema

Protecting Children’s Health: The Dangers of Secondhand Smoke

Introduction:

The detrimental effects of smoking on health are well-documented, but its impact on children’s health often goes overlooked. Children are particularly vulnerable to the harmful effects of secondhand smoke, which can lead to serious health issues. It is crucial to raise awareness about the dangers of exposing children to cigarette smoke and take proactive measures to protect their health.

Arguments:

Exposure to secondhand smoke poses significant health risks to children, increasing their likelihood of developing respiratory infections, asthma, and other respiratory disorders. According to the World Health Organization (WHO), secondhand smoke is responsible for over 600,000 premature deaths annually, with children being especially vulnerable to its effects. Studies have shown that children exposed to secondhand smoke are at higher risk of experiencing sudden infant death syndrome (SIDS), respiratory infections such as bronchitis and pneumonia, and asthma attacks.

Moreover, children exposed to secondhand smoke are more likely to develop long-term health issues later in life, including cardiovascular disease and lung cancer. Research conducted by the American Academy of Pediatrics (AAP) has found that exposure to secondhand smoke during childhood increases the risk of developing these conditions in adulthood. The harmful effects of secondhand smoke can persist into adulthood, highlighting the importance of protecting children from exposure to cigarette smoke.

Furthermore, exposure to smoking behaviors may normalize smoking and increase the likelihood of children experimenting with tobacco products themselves. Children who grow up in households where smoking is prevalent are more likely to perceive smoking as socially acceptable and may be influenced to initiate smoking at an early age. According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), youth who are exposed to smoking behaviors are more likely to become smokers themselves, perpetuating the cycle of tobacco use and its associated health risks.

Recommendation:

To safeguard the health of children, it is essential for parents, caregivers, and policymakers to take proactive measures to reduce children’s exposure to cigarette smoke. Parents should refrain from smoking in the presence of children and create smoke-free environments in homes and vehicles. Additionally, efforts should be made to educate parents and caregivers about the dangers of secondhand smoke and provide resources and support for smoking cessation. Policymakers should also enact and enforce smoke-free laws in public spaces to protect children from involuntary exposure to cigarette smoke. By prioritizing the health and well-being of children, we can create a smoke-free environment where all children can thrive.

 

Artinya:

Melindungi Kesehatan Anak: Bahaya Asap Rokok Pasif

Pendahuluan:

Efek merugikan dari merokok terhadap kesehatan sudah banyak didokumentasikan, namun dampaknya terhadap kesehatan anak sering kali diabaikan. Anak-anak sangat rentan terhadap efek berbahaya dari asap rokok passif, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius. Sangat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya mengekspos anak-anak pada asap rokok dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi kesehatan mereka.

Argumen:

Paparan asap rokok pasif membawa risiko kesehatan yang signifikan bagi anak-anak, meningkatkan kemungkinan mereka mengalami infeksi saluran pernapasan, asma, dan gangguan pernapasan lainnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), asap rokok pasif bertanggung jawab atas lebih dari 600.000 kematian prematur setiap tahunnya, dengan anak-anak menjadi sangat rentan terhadap efeknya. Studi telah menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar asap rokok pasif memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), infeksi saluran pernapasan seperti bronkitis dan pneumonia, serta serangan asma.

Selain itu, anak-anak yang terpapar asap rokok pasif lebih mungkin mengalami masalah kesehatan jangka panjang di masa dewasa, termasuk penyakit kardiovaskular dan kanker paru-paru. Penelitian yang dilakukan oleh Akademi Pediatri Amerika (AAP) telah menemukan bahwa paparan asap rokok pasif selama masa kanak-kanak meningkatkan risiko mengembangkan kondisi-kondisi ini di masa dewasa. Efek berbahaya dari asap rokok pasif dapat bertahan hingga dewasa, menyoroti pentingnya melindungi anak-anak dari paparan asap rokok.

Selain itu, paparan terhadap perilaku merokok dapat menormalisasi merokok dan meningkatkan kemungkinan anak-anak untuk bereksperimen dengan produk tembakau itu sendiri. Anak-anak yang tumbuh dewasa di lingkungan di mana merokok umumnya berlangsung lebih mungkin mempersepsikan merokok sebagai perilaku yang sosial diterima dan mungkin terpengaruh untuk memulai merokok pada usia dini. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pemuda yang terpapar perilaku merokok lebih mungkin menjadi perokok sendiri, memperpanjang siklus penggunaan tembakau dan risiko kesehatan yang terkait.

Rekomendasi:

Untuk melindungi kesehatan anak-anak, sangat penting bagi orang tua, pengasuh, dan pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi paparan anak-anak terhadap asap rokok. Orang tua harus menahan diri dari merokok di depan anak-anak dan menciptakan lingkungan bebas asap rokok di rumah dan kendaraan. Selain itu, upaya harus dilakukan untuk mengedukasi orang tua dan pengasuh tentang bahaya asap rokok passif dan menyediakan sumber daya dan dukungan untuk berhenti merokok. Para pembuat kebijakan juga harus menerapkan dan menegakkan undang-undang bebas asap rokok di tempat-tempat umum untuk melindungi anak-anak dari paparan asap rokok secara tidak sukarela. Dengan memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, kita dapat menciptakan lingkungan bebas asap rokok di mana semua anak dapat berkembang.

Contoh Hortatory Exposition Text Tentang Internet 

Internet Safety Measures for Children and Teens

Introduction:

In today’s digital age, the internet has become an integral part of children and teens’ lives, offering valuable opportunities for learning and entertainment. However, along with its benefits, the internet also presents various risks and dangers, particularly for young users. Therefore, it is crucial to implement effective internet safety measures to protect children and teens from online threats and ensure their well-being.

Arguments:

Firstly, one of the primary concerns regarding internet usage among children and teens is exposure to inappropriate content. With unrestricted access to the internet, young users may encounter explicit or harmful content that is not suitable for their age. According to a survey conducted by the Pew Research Center, 42% of teenagers report being exposed to inappropriate content online, highlighting the prevalence of this issue. Such exposure can have detrimental effects on their psychological and emotional development, underscoring the need for parental controls and content filters to limit access to age-inappropriate material.

Secondly, cyberbullying has emerged as a significant threat to the safety and well-being of children and teens in the online environment. With the anonymity afforded by the internet, cyberbullies can harass, intimidate, and humiliate their victims through various online platforms, including social media, messaging apps, and online forums. Research conducted by the Cyberbullying Research Center reveals that approximately 34% of students in the United States have experienced cyberbullying, with devastating consequences such as depression, anxiety, and suicidal ideation. To combat cyberbullying, it is essential for parents, educators, and policymakers to educate young users about responsible online behavior and provide them with tools to report and address instances of cyberbullying effectively.

Lastly, protecting children and teens’ privacy and personal information online is paramount in an age where data breaches and online privacy violations are increasingly common. Many websites and online services collect and store users’ personal data, including their browsing history, location, and contact details, raising concerns about data privacy and security. The Children’s Online Privacy Protection Act (COPPA) in the United States aims to protect the privacy of children under 13 by requiring parental consent for the collection of personal information online. However, parents should also take proactive measures to educate their children about the importance of safeguarding their privacy online, including avoiding sharing sensitive information with strangers and being cautious when interacting with unfamiliar websites and apps.

Recommendation:

To ensure the safety and well-being of children and teens in the digital age, a collaborative effort involving parents, educators, policymakers, and internet service providers is essential. Parents should actively engage with their children about their online activities, set clear rules and boundaries for internet usage, and monitor their online behavior regularly. Educators can integrate internet safety education into school curricula to equip students with the knowledge and skills to navigate the online world responsibly. Policymakers should enact legislation and regulations to promote online safety, strengthen data privacy protections, and hold online platforms accountable for ensuring a safe online environment for young users.

 

Artinya:

Internet yang Aman untuk Anak-anak dan Remaja

Pendahuluan:

Dalam era digital saat ini, internet telah menjadi bagian integral dari kehidupan anak-anak dan remaja, menawarkan peluang berharga untuk belajar dan hiburan. Namun, bersama dengan manfaatnya, internet juga menimbulkan berbagai risiko dan bahaya, terutama bagi pengguna muda. Oleh karena itu, sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah keamanan internet yang efektif untuk melindungi anak-anak dan remaja dari ancaman online dan memastikan kesejahteraan mereka.

Argumen:

Pertama, salah satu kekhawatiran utama mengenai penggunaan internet di kalangan anak-anak dan remaja adalah paparan terhadap konten yang tidak pantas. Dengan akses internet yang tidak terbatas, pengguna muda dapat menemui konten eksplisit atau berbahaya yang tidak sesuai untuk usia mereka. Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, 42% remaja melaporkan telah terpapar konten yang tidak pantas secara online, yang menyoroti prevalensi masalah ini. Paparan seperti itu dapat memiliki efek merugikan pada perkembangan psikologis dan emosional mereka, menegaskan perlunya kontrol orang tua dan filter konten untuk membatasi akses ke materi yang tidak pantas untuk usia mereka.

Kedua, perundungan daring telah menjadi ancaman besar bagi keselamatan dan kesejahteraan anak-anak dan remaja di lingkungan online. Dengan anonimitas yang diberikan oleh internet, para perundung daring dapat melecehkan, mengintimidasi, dan merendahkan korban mereka melalui berbagai platform online, termasuk media sosial, aplikasi pesan, dan forum online. Penelitian yang dilakukan oleh Cyberbullying Research Center mengungkapkan bahwa sekitar 34% dari siswa di Amerika Serikat telah mengalami perundungan daring, dengan konsekuensi yang menghancurkan seperti depresi, kecemasan, dan pemikiran bunuh diri. Untuk melawan perundungan daring, penting bagi orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan untuk mendidik pengguna muda tentang perilaku online yang bertanggung jawab dan memberikan mereka alat untuk melaporkan dan mengatasi kasus perundungan daring secara efektif.

Terakhir, melindungi privasi dan informasi pribadi anak-anak dan remaja secara online sangat penting di era di mana pelanggaran data dan pelanggaran privasi online semakin umum terjadi. Banyak situs web dan layanan online mengumpulkan dan menyimpan data pribadi pengguna, termasuk riwayat penelusuran, lokasi, dan rincian kontak mereka, yang menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data. Undang-Undang Perlindungan Privasi Online Anak-Anak (COPPA) di Amerika Serikat bertujuan untuk melindungi privasi anak di bawah usia 13 tahun dengan mensyaratkan persetujuan orang tua untuk pengumpulan informasi pribadi secara online. Namun, orang tua juga harus mengambil langkah-langkah proaktif untuk mendidik anak-anak mereka tentang pentingnya menjaga privasi mereka secara online, termasuk menghindari berbagi informasi sensitif dengan orang asing dan berhati-hati saat berinteraksi dengan situs web dan aplikasi yang tidak dikenal.

Rekomendasi:

Untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak dan remaja di era digital, upaya kolaboratif yang melibatkan orang tua, pendidik, pembuat kebijakan, dan penyedia layanan internet sangat penting. Orang tua harus aktif berinteraksi dengan anak-anak mereka tentang aktivitas online mereka, menetapkan aturan dan batasan yang jelas untuk penggunaan internet, dan memantau perilaku online mereka secara teratur. Pendidik dapat mengintegrasikan pendidikan keamanan internet ke dalam kurikulum sekolah untuk melengkapi siswa dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menavigasi dunia online secara bertanggung jawab. Pembuat kebijakan harus menetapkan undang-undang dan regulasi untuk mempromosikan keamanan online, memperkuat perlindungan privasi data, dan menuntut platform online bertanggung jawab untuk memastikan lingkungan online yang aman bagi pengguna muda. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan online yang lebih aman di mana semua anak-anak dapat berkembang dan belajar.

Cybersecurity Awareness: Protecting Personal Information Online

Introduction:

As we navigate the digital landscape, safeguarding our personal information online has become increasingly crucial. With cyber threats on the rise, it is imperative for individuals to remain vigilant and proactive in protecting their sensitive data from unauthorized access and exploitation.

Arguments:

To begin, the exponential growth of online platforms and digital services has resulted in a vast amount of personal data being shared and stored online. Unfortunately, this has also led to a surge in data breaches and cyber attacks, exposing millions of users’ personal information to malicious actors. Given the severity of the cybersecurity threat, individuals must exercise caution when sharing personal information online and employ robust privacy measures to safeguard their data.

Moreover, phishing attacks represent a pervasive threat to cybersecurity, with cybercriminals employing increasingly sophisticated tactics to deceive individuals into divulging confidential information. These attacks often take the form of fraudulent emails, text messages, or websites designed to mimic legitimate organizations or individuals. Despite efforts to combat phishing, it remains one of the most prevalent forms of cybercrime, resulting in significant financial losses for victims worldwide. To mitigate the risk of falling victim to phishing scams, individuals should remain vigilant and skeptical of unsolicited communications, verify the authenticity of messages before responding, and implement additional security measures such as multi-factor authentication.

Lastly, maintaining up-to-date software and implementing robust security protocols are essential components of effective cybersecurity practices. Outdated software and security vulnerabilities create vulnerabilities that cyber attackers can exploit to gain unauthorized access to sensitive data. By regularly updating software and employing security measures such as antivirus software and firewalls, individuals can significantly reduce their exposure to cyber threats. Additionally, practicing strong password hygiene, including the use of complex and unique passwords for each online account, can further enhance online security and protect against unauthorized access.

Recommendation:

To bolster cybersecurity awareness and protect personal information online, individuals should prioritize education and training on cybersecurity best practices. This includes staying informed about emerging cyber threats, adopting proactive security measures, and regularly reviewing privacy settings on online accounts. Furthermore, organizations and educational institutions should invest in cybersecurity awareness programs to equip individuals of all ages with the knowledge and skills to navigate the digital landscape safely. 

 

Artinya:

Kesadaran Keamanan Siber: Melindungi Informasi Pribadi Secara Online

Pendahuluan:

Saat kita menjelajahi lanskap digital, menjaga informasi pribadi kita secara online telah menjadi semakin penting. Dengan ancaman siber yang semakin meningkat, penting bagi individu untuk tetap waspada dan proaktif dalam melindungi data sensitif mereka dari akses dan eksploitasi ilegal.

Argumen:

Untuk memulai, pertumbuhan eksponensial platform online dan layanan digital telah menghasilkan jumlah data pribadi besar yang dibagikan dan disimpan secara online. Sayangnya, hal ini juga mengakibatkan lonjakan dalam pelanggaran data dan serangan siber, yang mengekspos informasi pribadi jutaan pengguna kepada pelaku kriminal. Mengingat tingkat seriusnya ancaman keamanan siber, individu harus berhati-hati saat berbagi informasi pribadi secara online dan menggunakan langkah-langkah privasi yang kuat untuk melindungi data mereka.

Selain itu, serangan phishing merupakan ancaman yang merajalela terhadap keamanan siber, dengan para penjahat siber menggunakan taktik yang semakin canggih untuk menipu individu agar mengungkapkan informasi rahasia. Serangan-serangan ini sering kali berupa email, pesan teks, atau situs web palsu yang dirancang untuk meniru organisasi atau individu yang sah. Meskipun upaya untuk melawan phishing, tetap menjadi salah satu bentuk kejahatan siber yang paling umum, menyebabkan kerugian keuangan yang signifikan bagi korban di seluruh dunia. Untuk mengurangi risiko menjadi korban dari skema phishing, individu harus tetap waspada dan skeptis terhadap komunikasi yang tidak diminta, memverifikasi keaslian pesan sebelum merespons, dan menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan seperti otentikasi multi-faktor.

Terakhir, menjaga perangkat lunak tetap update dan menerapkan protokol keamanan yang kuat adalah komponen penting dari praktik keamanan siber yang efektif. Perangkat lunak yang kedaluwarsa dan kerentanan keamanan menciptakan kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh penyerang siber untuk mendapatkan akses yang tidak sah ke data sensitif. Dengan secara teratur memperbarui perangkat lunak dan menerapkan langkah-langkah keamanan seperti perangkat lunak antivirus dan firewall, individu dapat secara signifikan mengurangi paparan mereka terhadap ancaman siber. Selain itu, menjaga kebersihan kata sandi yang kuat, termasuk penggunaan kata sandi yang kompleks dan unik untuk setiap akun online pun dapat lebih meningkatkan keamanan online dan melindungi dari akses yang tidak sah.

Rekomendasi:

Untuk meningkatkan kesadaran tentang keamanan siber dan melindungi informasi pribadi secara online, individu harus memprioritaskan pendidikan dan pelatihan tentang praktik keamanan siber terbaik. Ini termasuk mengikuti perkembangan ancaman siber, mengadopsi langkah-langkah keamanan proaktif, dan secara berkala meninjau pengaturan privasi pada akun online. Selain itu, organisasi dan lembaga pendidikan harus menginvestasikan program kesadaran keamanan siber untuk membekali individu dari segala usia dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjelajahi lanskap digital dengan aman. Dengan mempromosikan budaya kesadaran dan ketangguhan keamanan siber, kita dapat secara bersama-sama mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh ancaman siber dan menciptakan lingkungan online yang lebih aman untuk semua.

Balancing Screen Time: Managing Internet Usage

Introduction:

In today’s digital era, managing internet usage is crucial, especially when it comes to balancing screen time. While the internet offers benefits, excessive screen time can harm our well-being. Thus, finding a balance between online activities and other aspects of life is essential.

Arguments:

Firstly, excessive screen time can lead to various health issues such as eye strain, headaches, and disrupted sleep patterns. According to the American Academy of Pediatrics, it can contribute to obesity and poor academic performance in children. Limiting screen time, particularly before bedtime, is vital for ensuring adequate rest.

Secondly, excessive internet usage can negatively affect mental health, especially among young people. Studies have linked it to increased feelings of loneliness, depression, and anxiety. Unhealthy digital habits, especially on social media, can lead to low self-esteem and emotional distress.

Lastly, excessive screen time can reduce productivity and hinder personal development. It can result in procrastination, distraction, and a reduced attention span. To maximize productivity and personal growth, setting boundaries on screen time and engaging in offline activities are necessary.

Recommendation:

To achieve a healthy balance, individuals should set limits on daily screen time, take regular breaks, and prioritize offline activities. Parents and educators should model healthy digital habits and provide guidance on responsible internet usage. 

 

Artinya:

Menyeimbangkan Screen Time: Mengelola Penggunaan Internet

Pendahuluan:

Di era digital saat ini, mengelola penggunaan internet menjadi sangat penting, terutama ketika harus seimbang dalam menggunakan layar. Meskipun internet menawarkan manfaat, penggunaan layar yang berlebihan dapat merugikan kesejahteraan kita. Oleh karena itu, menemukan keseimbangan antara aktivitas online dan aspek lain dalam hidup sangat penting.

Argumen:

Pertama-tama, penggunaan layar yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti ketegangan mata, sakit kepala, dan pola tidur yang terganggu. Menurut American Academy of Pediatrics, hal ini dapat berkontribusi pada obesitas dan kinerja akademis yang buruk pada anak-anak. Membatasi waktu menggunakan layar, terutama sebelum tidur, sangat penting untuk memastikan istirahat yang cukup.

Kedua, penggunaan internet yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, terutama di kalangan pemuda. Studi telah menghubungkannya dengan peningkatan perasaan kesepian, depresi, dan kecemasan. Kebiasaan digital yang tidak sehat, terutama di media sosial, dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan tekanan emosional.

Terakhir, penggunaan layar yang berlebihan dapat mengurangi produktivitas dan menghambat perkembangan pribadi. Hal ini dapat mengakibatkan menunda-nunda pekerjaan, gangguan, dan penurunan konsentrasi. Untuk memaksimalkan produktivitas dan pertumbuhan pribadi, menetapkan batasan waktu layar dan terlibat dalam aktivitas offline menjadi penting.

Rekomendasi:

Untuk mencapai keseimbangan yang sehat, individu harus menetapkan batasan waktu layar harian, mengambil istirahat secara teratur, dan memprioritaskan aktivitas offline. Orang tua dan pendidik harus menjadi contoh dalam kebiasaan digital yang sehat dan memberikan panduan tentang penggunaan internet yang bertanggung jawab. Dengan mengadopsi praktik waktu layar yang bijaksana, kita dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan dalam kehidupan digital kita.

Baca Juga: Discussion Text: Definisi, Struktur, Contoh dan Terjemahannya

Contoh Hortatory Exposition Text Tentang Lingkungan 

Advocating for Reduction of Single-Use Plastic

Introduction:

In our modern world, the excessive use of single-use plastic has become a pressing environmental concern, contributing significantly to pollution and harming ecosystems.

Arguments:

Single-use plastic items, such as bags and bottles, take hundreds of years to decompose, leading to the accumulation of plastic waste in landfills and oceans. According to the World Economic Forum, by 2050, there could be more plastic than fish in the ocean if current trends continue.

Additionally, the production and disposal of single-use plastic contribute to greenhouse gas emissions and climate change. The Center for International Environmental Law estimates that plastic production and incineration will contribute 850 million metric tons of greenhouse gasses to the atmosphere by 2019.

Recommendation:

To address this issue, individuals can reduce their use of single-use plastic by opting for reusable alternatives such as cloth bags and stainless steel water bottles. Additionally, businesses and governments should implement policies to promote the use of biodegradable and compostable materials and invest in recycling infrastructure to reduce plastic waste.

 

Artinya:

Advokasi Pengurangan Plastik Sekali Pakai

Pendahuluan:

Di era modern kita, penggunaan berlebihan plastik sekali pakai telah menjadi perhatian lingkungan yang mendesak, berkontribusi secara signifikan terhadap polusi dan merusak ekosistem.

Argumen:

Item plastik sekali pakai, seperti tas dan botol, membutuhkan ratusan tahun untuk terurai, menyebabkan penumpukan limbah plastik di tempat pembuangan akhir dan lautan. Menurut World Economic Forum, pada tahun 2050, bisa jadi akan ada lebih banyak plastik daripada ikan di lautan jika tren saat ini terus berlanjut.

Selain itu, produksi dan pembuangan plastik sekali pakai berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim. Center for International Environmental Law memperkirakan bahwa produksi plastik dan pembakarannya akan menyumbang 850 juta metrik ton gas rumah kaca ke atmosfer pada tahun 2019.

Rekomendasi:

Untuk mengatasi masalah ini, individu dapat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan memilih alternatif yang dapat digunakan kembali seperti tas kain dan botol air stainless steel. Selain itu, bisnis dan pemerintah harus menerapkan kebijakan untuk mempromosikan penggunaan bahan yang dapat terurai dan dapat dikompos dan berinvestasi dalam infrastruktur daur ulang untuk mengurangi limbah plastik.

Promoting Renewable Energy

Introduction:

In our quest for sustainable energy sources, promoting renewable energy has emerged as a crucial solution to mitigate climate change and reduce reliance on fossil fuels.

Arguments:

Renewable energy sources, such as solar and wind power, offer clean and sustainable alternatives to fossil fuels. According to the International Renewable Energy Agency (IRENA), renewable energy accounted for nearly two-thirds of global net electricity capacity additions in 2019.

Furthermore, transitioning to renewable energy can create new job opportunities and stimulate economic growth. The International Labour Organization (ILO) estimates that the renewable energy sector could create up to 42 million jobs globally by 2050.

Recommendation:

To accelerate the adoption of renewable energy, governments should implement policies that incentivize investment in renewable energy infrastructure and technologies. Additionally, individuals and businesses can support renewable energy initiatives by choosing clean energy options for their electricity needs and advocating for renewable energy policies at the local and national levels.

 

Artinya:

Mempromosikan Energi Terbarukan

Pendahuluan:

Dalam pencarian kita akan sumber energi yang berkelanjutan, mempromosikan energi terbarukan telah muncul sebagai solusi penting untuk mengurangi perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Argumentasi:

Sumber energi terbarukan, seperti energi surya dan angin, menawarkan alternatif bersih dan berkelanjutan dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Menurut Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), energi terbarukan menyumbang hampir dua pertiga tambahan kapasitas listrik bersih global pada tahun 2019.

Selain itu, beralih ke energi terbarukan dapat menciptakan peluang kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan bahwa sektor energi terbarukan dapat menciptakan hingga 42 juta lapangan kerja di seluruh dunia pada tahun 2050.

Rekomendasi:

Untuk mempercepat adopsi energi terbarukan, pemerintah harus menerapkan kebijakan yang mendorong investasi dalam infrastruktur dan teknologi energi terbarukan. Selain itu, individu dan bisnis dapat mendukung inisiatif energi terbarukan dengan memilih opsi energi bersih untuk kebutuhan listrik mereka dan mendukung kebijakan energi terbarukan di tingkat lokal dan nasional.

Preserving Biodiversity

Introduction:

In our rapidly changing world, the preservation of biodiversity has become increasingly important to sustain ecosystems and support life on Earth.

Arguments:

Firstly, biodiversity is essential for ecosystem stability and resilience. According to the World Wildlife Fund (WWF), diverse ecosystems are better able to withstand environmental changes and provide vital services such as clean air, water, and food.

Secondly, biodiversity is crucial for human health and well-being. Many medicines and resources essential for human survival are derived from plants and animals found in diverse ecosystems. The loss of biodiversity threatens these valuable resources and compromises our ability to combat diseases and maintain food security.

Lastly, biodiversity supports economic prosperity and livelihoods. Ecosystems rich in biodiversity provide opportunities for tourism, recreation, and ecotourism, contributing to local economies and creating jobs.

Recommendation:

To preserve biodiversity, individuals can support conservation efforts by reducing their ecological footprint, supporting sustainable practices, and advocating for the protection of natural habitats. Additionally, governments should enact and enforce policies to conserve biodiversity, establish protected areas, and promote sustainable land management practices.

 

Artinya:

Melestarikan Keanekaragaman Hayati

Pendahuluan:

Di dunia yang terus berubah dengan cepat, pelestarian keanekaragaman hayati menjadi semakin penting untuk menopang ekosistem dan mendukung kehidupan di Bumi.

Argumen:

Pertama-tama, keanekaragaman hayati sangat penting untuk stabilitas dan ketahanan ekosistem. Menurut World Wildlife Fund (WWF), ekosistem yang beragam lebih mampu bertahan dari perubahan lingkungan dan menyediakan layanan penting seperti udara bersih, air, dan makanan.

Kedua, keanekaragaman hayati sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia. Banyak obat dan sumber daya penting untuk kelangsungan hidup manusia berasal dari tumbuhan dan hewan yang ditemukan di berbagai ekosistem. Penurunan keanekaragaman hayati mengancam sumber daya berharga ini dan mengorbankan kemampuan kita untuk melawan penyakit dan menjaga keamanan pangan.

Terakhir, keanekaragaman hayati mendukung kemakmuran ekonomi dan mata pencaharian. Ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati memberikan peluang untuk pariwisata, rekreasi, dan ekowisata, yang berkontribusi pada perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja.

Rekomendasi:

Untuk melestarikan keanekaragaman hayati, individu dapat mendukung upaya konservasi dengan mengurangi jejak ekologis mereka, mendukung praktik-praktik berkelanjutan, dan mendukung perlindungan habitat alami. Selain itu, pemerintah harus menerapkan dan menegakkan kebijakan untuk melestarikan keanekaragaman hayati, mendirikan kawasan lindung, dan mempromosikan praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

Well done, contoh hortatory exposition text di atas tak hanya menambah wawasan kita soal materi teks eksposisi bahasa Inggris, tapi juga memperluas pandangan kita soal isu korupsi, global warming, dan tiga tema bahasan lainnya.

Nah, kini giliranmu untuk menulis contoh selanjutnya! Kamu bisa membuat hortatory exposition text tentang kekerasan terhadap perempuan, atau tentang aksi bela Palestina yang saat ini ramai dibicarakan oleh umat di seluruh dunia.

Yuk, akselerasikan kemampuan menulis bahasa Inggrismu sekarang! Supaya belajar dan latihannya semakin konsisten, kamu bisa gabung di kelas English Academy. Di sana ada native speaker dan guru tersertifikasi nasional yang akan mendampingimu.

Apalagi, sekarang English Academy sudah tersedia layanan offline-nya, lho! Kamu bisa coba kelas gratisnya di English Academy Center terdekat di kotamu!

CTA English Academy Center

Referensi Gambar:

oung male pointing at blank canvas in t-shirt, jacket and looking cheerful , front view [daring]. Tautan: https://www.freepik.com/free-photo/young-male-pointing-blank-canvas-t-shirt-jacket-looking-cheerful-front-view_16905040.htm#fromView=search&page=1&position=52&uuid=3e581da8-2d6b-4c84-bcb3-697c52a3b5e0 (Diakses: 20 Mei 2024)

Intan Aulia Husnunnisa

Intan Aulia Husnunnisa, biasa dipanggil Intan. Menikmati dunia SEO Content Writing sejak 2020. Semoga tulisanku bermanfaat!